F
O T O G R A F I
Istilah
fotografi pertama kali digunakan oleh Sir John Herschel pada tahun
1839. Dalam kamus bahasa Indonesia Fotografi
adalah seni atau
proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Menurut wikipedia
Fotografi adalah sebuah kegiatan atau proses menghasilkan suatu seni
gambar/foto melalui media cahaya dengan alat yang disebut kamera
dengan maksud dan tujuan tertentu. Kata fotografi itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani
yaitu photos
(cahaya) dan graphos
yang berarti tulisan.
Sehingga bisa disimpulkan fotografi adalah seni menulis atau melukis
dengan cahaya. Pada awalnya perkembangan fotografi lebih tertumpu
kepada proses penciptaan dan perbaikan terhadap sistem kamera itu
sendiri. Pada era itu juga, fungsi gambar foto lebih kepada untuk
merekod sesuatu. Fotografi tidak dianggap sebagai satu karya seni
visual seperti seni lukisan atau seni arca pada waktu itu. Arsitektur
visual pada ketika itu berpendapat, karya foto dihasilkan oleh
kamera, bukan dengan kemahiran tangan jurufoto. Oleh karena itu,
mereka tidak menerima karya fotografi sebagai satu karya seni.
Bila
pengertian fotografi adalah proses seni melukis dengan media cahaya,
maka setiap orang bisa melakukan kegiatan fotografi jika mempunyai
sebuah kamera, tetapi apakah semua orang dapat menghasilkan sebuah
seni ?
Seni
adalah sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur
keindahan atau intisari dari kreativitas. Seni yang paling utama
dalam fotografi adalah komposisi, karena dengan komposisi yang baik
maka foto yang dihasilkan akan mempunyai makna
dan cerita
yang bisa
disampaikan.
Untuk
menghasilkan sebuah hasil karya yang bagus atau menarik ada beberapa
faktor, faktor yang paling utama adalah faktor pencahayaan, tanpa
cahaya atau pencahayaan yang baik akan terlalu sulit untuk
menghasilkan hasil karya yang bagus. Kemudian faktor berikutnya
adalah pengguna kamera itu sendiri (fotografer). Mahalnya sebuah
kamera yang digunakan tidak akan menjamin hasil fotografi yang
diambil akan bagus. Sebuah Foto yang bagus itu adalah relatif, dan
foto yang jelek adalah mutlak.
Andreas Feininger (1955) pernah menyatakan bahwa “kamera hanyalah sebuah alat untuk menghasilkan “karya seni”. Nilai lebih dari karya seni itu dapat tergantung dari orang yang mengoperasikan kamera tersebut.
Cara
kerja kamera menangkap sebuah karya fotografi dimana lensa
menghasilkan bayangan nyata yang ditangkap oleh film (plastic
transparan yang dilapisi emulsi perak halide). Bagian film yang
terkena cahaya akan menyebabkan terkumpulnya partikel perak halide.
Jika film dicuci dengan larutan hypo, bagian yang banyak terkena
cahaya tampak lebih hitam.
Lalu
bagaimana dengan maraknya foto digital? Berbeda dengan kamera
konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan film, kamar
gelap dan aneka jenis bahan kimia untuk mencuci film. Sebagai
pengganti film, di dalam kamera jenis ini dipakai alat berupa chip
yang disebut charge
couple device
(CCD) untuk merekam gambar.
Beberapa
hukum-hukum fotografi yang wajib diketahui pencahayaan, bukaan
diagfragma, kecepatan (speed),
dan ruang tajam (depth
of field), tidak
mengalami perubahan.
Sejarah
Fotografi :
1.
Kamera Obscura
Kamera
berawal dari sebuah alat serupa yang dikenal dengan Kamera
Obscurayang merupakan kotak kamera yang belum dilengkapi dengan film
untuk menangkap gambar atau bayangan. Pada abad ke 16 Girolamo
Cardano melengkapi kamera obscura dengan lensa pada bagian depan
kamera obscura tersebut. Meski demikian, bayangan yang dihasilkan
ternyata tidak tahan lama, sehingga penemuan Girolamo belum dianggap
sebagai dunia fotografi. Pada tahun 1727 Johann Scultze dalam
penelitiannya menemukan bahwa garam perak sangat peka terhadap cahaya
namun dia belum menemukan konsep bagaimana langkah untuk meneruskan
gagasannya. Berabad – abad yang lalu orang telah mengetahui bahwa
kalau cahaya lurus dari sebuah lobang kecil kedalam sebuah ruangan
yang gelap maka pada dinding dihadapannya kelihatan bayangan dari apa
yang ada dimuka lubang itu. Hanya dalam keadaan terbalik, yang diatas
kebawah dan sebaliknya. Ruangan seperti itu disebut “ Kamera
Obscura “ yang artinya tidak lain dari pada kamar gelap. Dari
perkataan kamera obcura itulah lahir perkataan kamera, nama yang
diberikan untuk alat pemotret. Jadi Kamera Obscura ( kamera = kamar,
Obscura = gelap ). Banyak ilmuwan yang pada zamannya menulis tentang
alat itu termasuk Ibnu al Haitam, Roger Bacon, Copernicus, Kepler,
Leonardo da Vinci, Newton dan Descartes. Giovanni Battista Della
Porta adalah orang pertama yang melengkapi alat kamera obscura dengan
sebuah lensa sederhana, tapi tidak pernah diketahui siapa yang
pertama sekali membuat kamera Obscura.
2.
Kamera Pinhole
Dalam
bahasa aslinya kamera ini disebut “ Pinhole Camera “ yang artinya
lubang jarum. Pada pinhole kamera tidak terdapat lensa melainkan
lubang sebesar ujung jarum. Lubang yang kecil itulah yang meluluskan
cahaya untuk penyinaran. Kamera lubang jarum adalah kamera sangat sederhana, tanpa lensa kamera melainkan dengan satu celah yang sangat kecil, yang
dihasilkan dengan cara membuat lubang yang sekecil mungkin
menggunakan jarum. Memotret dengan kamera lubang jarum tidak boleh
bergerak agar hasil fotonya tajam. Karena itu, selain membuat kamera,
kita juga harus membuatkan kakinya. Jika tidak mau repot, kita dapat
gunakan kursi atau memanfaatkan benda-benda di sekitar untuk menopang
kamera.
3.
Kamera Kodak Brownie
Kamera
Brownie yang dibuat pertama kali pada Februari 1900 adalah pemegang
konsep pertama soal kamera saku dan kamera instan. Di tengah
kamera-kamera yang masih berukuran besar saat itu, ukuran Brownie
memang relatif bisa masuk saku. Konsep instan yang dimilikinya
membuat semua orang bisa memotret dengan mudah tanpa perlu belajar
teori fotografi. Dengan Brownie, kita tinggal bidik, pencet, selesai
sudah. Brownie yang dijual cuma dengan harga 1 dollar AS ini mengatur
bukaan diafragma dan kecepatan rana dengan perkiraan pencahayaan
rata-rata yang biasanya ada saja. Foto yang dihasilkannya memang
mutunya tidak tinggi. Tetapi, di tengah elitenya dunia fotografi saat
itu, kehadiran Brownie jelas sangat dinanti masyarakat. Brownie terus
diproduksi di Amerika dan Inggris sampai tahun 1957 dengan berbagai
model dan varian.
4.
Kamera Polaroid
Kamera
Polaroid atau lebih dikenal dengan kamera langsung jadi adalah model
kamera yang dapat memproses foto sendiri di dalam badan kamera
setelah dilakukan pemotretan. Kamera polaroid ini menggunakan film
khusus yang dinamakan film polaroid. Film polaroid yang dapat
menghasilkan gambar berwarna dinamakan film polacolor. Menurut
sejarahnya, kamera polaroid atau kamera gambar seketika jadi ini
dirancang untuk pertama kalinya oleh Dr. Edwin Land dari perusahaan
Polaroid dan dipasarkan sejak tahun 1947. Polaroid film adalah film
yang ditemukan oleh Edwin Land. Menghasilkan foto dalam waktu singkat
(dalam beberapa menit saja), tetapi tidak mempunyai negatif.
Jepretan
pertama dengan menggunakan kamera polaroid dilakukan oleh Dr Edwind
Land pada tahun 1944.
5.
Kamera SLR
Kamera
refleks lensa tunggal (bahasa Inggris: Single-lens reflex (SLR)
camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur
tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu
Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk
dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil
fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang
terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di
film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1
untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang
lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera
SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal
melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian
dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma.
Pentaprisma kemudian memanjtulkan cahaya beberapa kali hingga
mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan
bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
6.
Kamera Digital
Kamera
digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya
dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan
sensr CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke
dalam media simpan digital. Karena hasilnya disimpan secara digital
maka hasil rekam gambar ini harus diolah menggunakan pengolah digital
pula semacam komputer atau mesin cetak yang daat membaca media simpan
digital tersebut. Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar
yang dengan cepat diketahui hasilnya secara instan, kemudahan
memindahkan hasil (transfer), dan penyuntingan warna, ketajaman,
kecerahan dan ukuran yang dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah
daripada kamera manual.
Konsep
Dasar Fotografi
Pertama
cahaya harus masuk melalui lensa, yang merupakan serangkaian potongan
dari kaca cembung cekung. Jika fokus didapat dengan baik maka cahaya
akan bertemu pada sensor.
- Cahaya akan melewati Aperture (semacam lubang bukaan yang besarnya bisa diatur) yang ditempatkan di dalam lensa. Pada dasarnya merupakan mekanik pembukaan yang mengontrol seberapa banyak cahaya mencapai sensor.
- Untuk kamera jenis DSLR, sebelum menyentuh sensor cahaya akan terpantul melalui Mirror (cermin) dan masuk ke prisma untuk diteruskan ke eyepiece dan mata pengguna. Untuk jenis kamera mirrorless, cahaya langsung menyentuh sensor dan obyek ditampilkan di LCD.
- Shutter terletak di dalam body kamera tepat di depan sensor. Shutter berfungsi sebagai mekanika dalam menentukan /mengontrol berapa lama sensor terkena cahaya.
- Sensor adalah piringan persegi yang sangat sensitif di mana cahaya diserap, diubah menjadi informasi digital berupa pixel warna yang membentuk sebuah gambar/foto.
Beberapa
aturan fotografi yang wajib diketahui antaralain:
1.
Aperture (Bukaan)
Aperture
terletak di dalam lensa dan mengendalikan seberapa banyak cahaya bisa
melewati lensa menuju sensor. Aperture yang besar memungkinkan banyak
cahaya lewat dan sebaliknya bukaan yang kecil membuat cahaya sedikit.
Mengetahui bagaimana aperture mempengaruhi foto adalah salah satu
bagian yang paling penting dari fotografi, yang antara lain
mempengaruhi :
- Jumlah cahaya
- Depth of field
- Kecepatan lensa
- Ketajaman gambar
- Vignetting
Angka
F adalah nomor matematika yang mengekspresikan diameter aperture,
merupakan bagian penting dari memahami bagaimana aperture dan
eksposur bekerja. Semua angka F memiliki notasi yang umum, misalnya
f/5.6 atau f/2.8. Ada beberapa jumlah set angka F yang digunakan
dalam fotografi , ada beberapa skala yang berbeda tetapi “standar”
skala angka F full-stop adalah:
- f / 1.4 (bukaan terbesar, sebenarnya ada juga f / 1 yang lebih besar)
- f /2
- f /2.8
- f / 4
- f /5.6
- f /8
- f /11
- f /16
- f /22 (bukaan terkecil)
Ini
dikenal sebagai angka F full-stop.
Jika Anda menurunkan angka F satu full-stop
misal f / 4 ke f/2.8, artinya jumlah cahaya yang melewati akan dua
kali lipat lebih banyak. Jika Anda meningkatkan angka F satu
full-stop,
seperti f /5.6 ke f / 8, maka hanya setengah jumlah cahaya yang akan
mencapai sensor. Mengapa angkanya kecil kok bukaannya lebih besar ?
karena angka tersebut sebagai angka pembagi dari f (focal length).
Ada
beberapa angka F antara dari angka full-stop
di atas tergantung pada apa skala sedang digunakan. Yang paling umum
adalah skala 1/3 , yang berarti bahwa setiap langkah ketiga adalah
full -stop, sehingga memberikan Anda dua pengaturan antara dari
setiap full-stop.
Misalnya antara f / 8 dan f /11 kita bisa set f / 9 dan f /10.
2.
Shutter (Rana)
Shutter
atau rana adalah mekanisme yang mengontrol berapa lama sensor terkena
cahaya. Semakin lama shutter membuka lebih banyak cahaya dapat
ditangkap oleh sensor. Shutter berbentuk seperti bilah yang dapat
membuka dan menutup dengan cepat, tetapi lama waktu membukannya bisa
diatur dinamakan dengan shutter
speed.
Shutter
speed tinggi
akan menghasilkan objek freeze
tidak bergerak dan kecepatan rana lambat akan menangkap gerakan dari
obyek bergerak (gambar menjadi blur).
Ada
skala stop untuk kecepatan rana seperti pada aperture, contoh di
bawah ini adalah satu full-stop
(dalam
detik/second) :
1/16000,
1/8000, 1/4000, 1/2000, 1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30,
1/15, 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 4, 8, 16
Dan
seperti halnya dengan aperture, shutter speed pada umumnya juga bisa
memiliki 1/3 skala, memberikan dua langkah di antara setiap
full-stop.
Misalnya antara 1/60 dan 1/125 bisa menggunakan 1/80 dan 1/100.
Dua
faktor utama yang mengendalikan eksposur adalah shutter speed dan
aperture. Saat ini juga sudah berkembang yang namanya electronic
shutter dimana tidak lagi melibatkan mekanisme bilah yang membuka dan
menutup, tetapi sepenuhnya rekayasa elektronik.
3.
ISO
Kecepatan
ISO (berasal dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi )
adalah ukuran kecepatan film atau sensitivitas terhadap cahaya.
Dengan kamera digital ISO mempengaruhi sensor. Sebuah kecepatan ISO
rendah membutuhkan waktu lama untuk pencahayaan, kecepatan ISO tinggi
memerlukan waktu sedikit untuk memberikan eksposur yang sama.
Satu
langkah dalam ISO sama dengan satu full-stop.
Pada
ISO tidak ditemukan skala 1/3. Berikut adalah kecepatan ISO yang
paling umum.
ISO
50 100 200 400 800 1600 3200 6400 12800 25600
Pada
film 35mm, film dengan kecepatan ISO tinggi memiliki lebih banyak
buliran dari sebuah film yang lebih lambat – tetapi sensor modern
tidak menggunakan mekanisme yang sama. Sehingga sensor digital
menciptakan noise. Noise digital tidak terlihat baik seperti pada
butiran film. Terlihat contoh di atas, high ISO membuat gambar noise
yang mengganggu.
Jika
tidak ada masalah pencahayaan, maka selalu gunakan nomor ISO rendah
tetapi jika Anda di dalam ruangan dengan cahaya rendah atau kondisi
lain ketika Anda menemukan kombinasi aperture/shutter tidak cukup,
maka kecepatan ISO bisa diperbesar. Sensor digital baru terus
dikembangkan dan tingkat kebisingan dengan kecepatan ISO tinggi
menurun pada setiap rilis kamera baru.
Sumber
: dari berbagai sumber